Generasi TCK Mencari Jati Diri Leluhur

  • Breaking News

    Thursday, February 1, 2018

    Mengenal Ulama Lobe Tinggi Pardede dari Balige dan Kiprahnya di Simalungun Tahun 1900-an

    PAHOMPU NABURJU -- LOBE TINGGI PARDEDE adalah nama setelah beliau menjadi seorang muslim. Sebelumnya dia bernama Avinas Pardede. Setelah Bapaknya yang bernama Andareas Pardede dan abangnya yang berna Johanes Pardede meninggal dalam agama Kristen, beliaupun berangkat menuntut ilmu ke Padang Sidempuan selama tiga tahun, dan materi yang ditimbanya selama dalam menuntut ilmu adalah ilmu Tauhid dan beberapa ilmu Fiqih yang menunjang ketauhidan bagi mualaf.

    Setelah beberapa lama bermukim di Balige dan beliau mengislamkan Ibunya (boru Siahaan/Lumban Gorat), dan adik perempuannya yang bernama si Boru Tona yang menikah dengan marga Tampubolon, kemudian keluarga isterinya bermarga Hutagaol/mejan.

    Sekitar tahun 1916 Penganut agama Islam sudah mencapai 150 rumah tangga di balige dan sekitarnya (Mejan, SiMarmar, Parsuratan, Hinalang, Tambunan), maka umat Muslim Balige dan sekitarnya merencanakan membangun satu Mesjid untuk tempat mereka beribadah yang kemudian Lobe Leman Tampubolon mengurus izinnya , Alhamdulillah setelah berjuang dengan gigihnya beliau mendapatkan izin mendirikan mesjid tersebut pada tanggal 2 Januari 1918. Sayang beliau tidak sempat terlibat dalam pembangunan pisik, karena pada tanggal 22 maret 1922 beliau meninggal, semoga Allah SWT menerima amal beliau.

    Perjuangan beliau dilanjutkan sahabat-sahabatnya dengan membentuk kepanitiaan pembangunan Mesjid yang dinamakan Komite Mesjid Balige pada tahun 1923, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut: Haji A. Manap sebagai Presiden, Lobe Tinggi Pardede (Haji Abdul Halim Pardede) sebagai vice Presiden, Haji M.Nawawi Nainggolan sebagai seketaris dan Haji Selamat, Haji Umar sebagai anggota.

    Selanjutnya beliau berdakwah didaerah Simalungun tepatnya kota Parapat yang kemudian dia menetap disana, Dengan tekad yang sudah bulat untuk berdakwah beliau menemui Raja Tanah Jawa dan Raja Siantar yang kebetulan beragama Islam, kehadiran beliau diparapat disambut dengan baik, dan bantuan kedua raja tersebut tidak sedikit, dengan berjalan kaki beliau mulai berdakwah disekitar kota parapat hingga keperkampungan dilereng-lereng gunung, girsang mangundolok dan lain-lainnya). Untuk mendukung perjuangannya beliau dengan anak isterinya membuka kedai nasi islamiah dengan harapan orang yang melintas di kota parapat menuju Medan dari Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan yang mayoritas beragama Islam dapat singgah untuk makan/istirahat, keberadaan Restauran tersebut sangat mengembirakan pemilik bus-bus yang membuat mereka dapat istirahat setelah melawati perjalanan yang sangat melelahkan. Atas saran pengusaha bis dan para penompang agar ada tempat ibadah yang mudah dijangkau.

    Mesjid kota Parapat

    Tahun 1929 Lobe Tinggi Pardede, membeli sebidang tabah di sekitar wisma Danau Toba (sekarang), yang rencana nya untuk pertapakan pembangunan Mesjid, namun rencana beliau mendapat tantangan dari pihak Belanda, hingga beliau sampai 3 (tiga) kali dipanggil dan di interogasi oleh Belanda, yang akhirnya beliau dapat mengyakinkan pihak Belandan yang akhirnya beliau mendirikan sebuah musolah dilahan yang dibelinya tersebut.

    Pada tahun 1940 Belanda kembali mengusik dan mencari alasan agar Lobe Tinggi Pardede jangan sampai membangun Mesjid dengan parmanen, karena berdirinya sebuah Mesjid parmanen sangatlah memungkinkan, karena rencana beliau didukung raja Tanah jawa dan Raja Siantar. (sumber)

    Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini


    Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom

    No comments:

    Post a Comment


    Galeri

    Ekonomi

    Budaya